artikel
perekonomian indonesia 2013
Pelemahan
Nilai Tukar Rupiah, Sinyal Indonesia Sudah Krisis Ekonomi?
Walau
Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, dan Menteri Keuangan Chatib Basri
sepertinya cuek dan pede-pede saja terkait pelemahan nilai tukar rupiah, saya
sebagai rakyat biasa merasa gusar. Mulai ada pertanyaan kalau kalau ini
merupakan pertanda sebuah krisis ekonomi seperti 1997? Presiden dan pembantunya
di bidang ekuin bisa saja berdalih bahwa ekonomi baik-baik saja, ini hanya
sebagai sebuah konsekuensi logis penguatan ekonomi Amerika.
Saya
akui, saya mungkin tidak sepaham Chatib Basri yang konon katanya maestro
ekonomi asal FEUI. Namun, bukanlah masalah sepertinya untuk protes kepada
Chatib Basri dan bos-bosnya yang tidak otentik dalam memberikan reaksi terhadap
sebuah permasalahan. Bertele-telenya sikap sok cuek Chatib dan SBY (yang dengan
santainya bilang: “Emangnya Kenapa kalau rupiah melemah?“) justru itu
yang membunuh kepercayaan diri rakyat. Bebal dan percaya diri itu beda jauh,
bung! Jumat lalu, SBY baru bicara tentang penanganan, mungkin sudah telat.
Pemerintah
mungkin bisa santaiii seperti kata bang Rhoma Irama. Hanya saja kenyataan dan
angka-angka tidak bisa santai. Kalau dari sisi kurs saja, keliatan banget
pelemahan nilai tukar rupiah sudah ga nyantai. Bayangin menteri jenis apa yang
di media justru seperti bebal dan acuh melihat keseimbangan rupiah seperti di
bawah? Chatib Basri sepertinya tidak sadar bahwa di saat rupiah bergejolak
seperti di bawah imbasnya fatal terhadap dunia usaha kita yang masih sangat
tergantung dengan bahan baku impor.
Kemudian
apakah penurunan signifikan SEKALI pada index saham IHSG kita bukan sesuatu
yang nyata dan urgent? IHSG dalam 3 bulan terakhir sudah turun lebih dari 20%.
Mungkin beberapa bilang bahwa IHSG turun akibat koreksi natural karena sempat
menyentuh rekor tertingginya. Ya, mungkin ada faktor tersebut. Tapi apakah
koreksi sampai 20% lebih? Koreksi 20% lebih, bisa jadi lebih karena panik
pelaku bursa dan investor yang memindahkan dananya ke market yang lebih stabil.
Lebih penting lagi, pelemahan >20% merupakan cerminan turunnya performance
fundamental perusahaan-perusahaan kita yang pastinya tergerus akibat pelemahan
nilai tukar rupiah.
Percaya deh: Pasar Sudah Panik
Tidak seperti tiga serangkai otak ekonomi kita: SBY, Boediono, dan Chatib Basri yang sok cool tapi palsu. Market kita tampak panik. Penurunan IHSG menunjukkan hal itu. Namun hal yang menguatkan adalah kinerja harga emas yang sudah balik mengkilap:
Kenaikan
harga emas biasanya indikasi dari ekonomi panik di mana orang cari aman lewat
membeli emas sehingga harganya naik. Ya lebih aman, dibandingkan uangnya
menganggur di bank atau di dompet yang nilainya akan tergerus habis.
Oleh
karena itu sebaiknya kita juga bersiap secara individu. Kalau memang ada
sedikit uang, lebih baik di convert ke dalam dollar maupun emas. Ini merupakan
cara terbaik mengamankan aset. Nasionaliskah membeli dollar untuk mengamankan
diri sendiri? Tanya pada negara dan pemerintah, apakah mereka peduli dengan
asetmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar